Memiliki seorang anak dari daging darah sendiri adalah dambaan setiap pasangan suami istri. Rasanya belum lengkap bila sebuah keluarga bila belum mempunyai keturunan meskipun hanya satu. Namun fakta menunjukkan bahwa kurang lebih 10 persen dari semua pasangan suami istri mengalami kesukaran untuk mendapatkan keturunan. Mereka termasuk dalam golongan kurang subur (subfertil), tidak subur (infertil) atau mandul (steril). Pada suami istri keadaan tidak subur disebabkan terutama oleh faktor senggama antara lain tidak dapat bersenggama dengan wajar, terlalu jarang atau sering, salah waktu, hidup terpisah karena pekerjaan dan sebab lainnya. Khusus untuk faktor yang disebabkan oleh salah waktu, dapat diantisipasi dengan memperhitungkan waktu subur pada wanita. Dengan memperkirakan waktu subur bagi wanita, maka peluang seorang wanita untuk mengalami kehamilan menjadi lebih besar.
Dewasa ini sistem atau cara perkiraan dan penentuan waktu subur yang banyak digunakan adalah berdasarkan gejala-gejala ovulasi antara lain adalah sebagai berikut :
- Cara mengukur suhu badan basal (dalam keadaan istirahat) untukmengamati kenaikan suhu dari suhu rata-rata yang lebih rendah sebelum ovulasi menjadi lebih tinggi setelah ovulasi. Dengan cara ini hanya dapat ditentukan waktu tidak subur pasca ovulasi.
- Cara mengamati gejala ovulasi yang khas maupun yang bersifat umum. Dengan cara ini dapat diamati saat munculnya gejala-gejala tersebut, perkembangannya dan saat menghilangnya kembali. Dengan demikian dapat diketahui kapan mulainya dan berakhirnya waktu subur. Cara yang hanya didasarkan pada pengamatan gejala perubahan langsung pada leher rahim dan lendirnya dikenal sebagai cara KEEFE dan cara yang hanya didasarkan pada pengamatan gejala lendir diliang senggama dan pukas disebut cara BILLINGS, sedangkan cara gabungan antara cara mengukur suhu badan dan gejala-gejala ovulasi disebut cara SIMPTOTHERMAL.